Habib Bahar Bin Smith Bin Ali
Iwan Adi Sucipto Pattiwael

Sosok ulama muda, memiliki kharismatik dan ilmu yang mumpuni. Sering sekali saya menyebutnya sebagai; perpustakaan berjalan. Sungguh, betapa luhur ilmu yang dimilikinya. Ia senantiasa bisa menjawab apapun pertanyaan kami, para tahanan yang mengikuti taklimnya.
Sikapnya yang tegas, mampu mempengaruhi seluruh tahanan yang berada di Rutan Polda Jabar. Sungguh, pengaruh yang dimilikinya sangat besar di dalam tahanan.
Alhasil, karena keberadaannya, sel tahanan seketika berubah menjadi pesantren. Para tahanan pun berubah menjadi santri, jamaah yang taat beribadah.
Habib Bahar bin Smith bin Ali!
Selama saya mengenalnya, suasana keagamaan yang sangat kental dapat dirasakan oleh para tahanan. Kegiatan rutin pengajian digelar, membuat para tahanan merasa nyaman, damai, tentram, bersemangat dan bahagia.
Habib Bahar memberikan kajian tasawuf setiap bada maghib. Dilanjutkan kajian hadits beserta hafalannya setiap bada isya. Keberanian yang ia miliki, mencerminkan kepribadian sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu; Umar Bin Khattab, RA.
Jika bangsa ini ingin menjadi besar dan memiliki martabat serta disegani oleh bangsa-bangsa lain, seharusnya mempunyai karakter para pemimpin seperti itu. Seperti karakter para sahabat Nabi Muhammad SAW. Mereka membantu perjuangan syiar Islam, berdakwah, berani membela kebenaran dan ikhlas berjihad.
Abu Bakar As Shidiq: Sahabat Nabi yang selalu membenarkan ucapan Nabi dan mengikuti perjuangannya, selalu memberikan nasehat dan arahan yang membuat sejuk, damai, dan tentram di hati.
Umar Bin Khattab: Sahabat Nabi yang pemberani, tegas sikapnya, dan selalu membela apa yang dilakukan oleh Nabi. Membela kebenaran dan siap mati dalam perjuangan.
Ustman Bin Affan: Sahabat Nabi yang kaya raya dan punya sifat dermawan, siap mensedekahkan hartanya untuk perjuangan Nabi di jalan Allah.
Ali Bin Abu Thalib: Sahabat sekaligus menantu Nabi. Ia menikah dengan putri Nabi, Sayiddah Fatimah Az Zahra. Kecerdasan yang dimilikinya mempunyai konsep brillian, dapat mengatur strategi-strategi di setiap perjuangan perang Nabi melawan bangsa jahilliyah Arab Quraish.
Kepribadian yang dimiliki oleh Habib Bahar, jika boleh saya gambarkan, seperti sifat salah satu sahabat Nabi yaitu; Umar Bin Khattab yang memiliki sifat tegas, berwibawa. Namun, punya sisi lain yang lembut dan sangat perhatian kepada kami para tahanan di Polda Jabar.
Di dalam penjara, saat Habib Bahar memimpin sholat tidak ada satu pun tahanan yang menolaknya. Bagi muslim wajib mengikuti kajian hadits. Dengan kelembutannya ia dapat merangkul semua tahanan. Mereka mengikuti apa yang disampaikan oleh Habib Bahar. Termasuk tahanan bertato yang kami segani di dalam tahanan.
Sosok muda rupawan inipun sangat perhatian, terutama bagi tahanan yang tidak pernah atau jarang dijenguk oleh sanak saudara, keluarganya. Terutamma jika ada yang sakit. Makanan dan obat-obatan selalu ia sediakan. Patutlah, sebab ia masih keturunan langsung sebagai cucu Rasulullah SAW. Tentu saja sifat-sifat mulia kakeknya menurun kepada sosok ini.
Di usia yang masih muda, terkadang kita tidak dapat mengontrol emosi. Ia marah apabila ada hal yang tidak diinginkan, terutama orang yang melecehkan martabat keluarganya, menyinggung perasaan ibu, istri dan anak-anaknya. Mereka yang teah menipu, memanipulasi namanya untuk kepentingan sendiri.
Saya ‘haqul yakin’ semakin bertambahnya usia, Habib Bahar akan memiliki sifat yang lebih sabar, saat menghadapi permasalahan apapun, kecuali kemungkaran.
Bila berhadapan secara langsung, kita akan tahu bagaimana sosok ini yang sesungguhnya. Sungguh, saya mengaguminya, betapa ia pandai merangkai kata-kata dan bait-bait yang indah. Sehingga tiap kali ia berdakwah, semua perkataannya sangat menyentuh kalbu.
Karena kekaguman itu pulalah, ada beberapa lagu yang kami buat bersama. Hingga rekaman di dalam Rutan Polda Jabar. Semua tak lepas demi kecintaan kami kepada Sang Pencipta yakni Allah SWT.
Saya bersyukur dapat berjumpa dengan seorang Habib yang terkenal. Kharismanya dapat merubah suasana di dalam Rutan seperti di pondok pesantren.
Alunan ayat suci Al Qur’an yang berkumandang, berdzikir, dan Asma Ul Husna terus terdengar di setiap blok. Apalagi setiap malam Jumat, kami shalawat Nabi. Ada aneka makanan dan wangi-wangian, suasana lebih nikmat dan khusuk dalam berdoa dan berdzikir.
Ada banya tamunya dari kalangan Habai, Mereka notabene memiliki ilmu yang tinggi dan santri-santrinya yang begitu banyak. Saya banyak belajar dari Habib Bahar, tentang ilmu agama dan kehidupan.
Dari kasus-kasus yang dialaminya justru membuatnya banyak berkarya seperti; kitab-kitab gundul yang bercerita tentang perjalanan Rasulullah SAW dan perjuangan syiar beliau.
Setiap malam saya sering berdiskusi dengan Habib Bahar sampai menjelang subuh. Betapa banyak ilmu yang saya dapatkan, sehingga mampu mengilhami tulisan-tulisan dalam buku ini. Terutama agar lebih mengenal dan dekat dengan Sang Pencipta Allah SWT.
Itulah sosok seorang Habib Bahar yang dianggap sebagian orang keras. Ternyata ia menyimpan kelembutan dan kasih sayang tak teperi. Perjumpaan dengan Ulama muda jenius ini taklah lama, tetapi telah melahirkan ilmu kehidupan bagi diri saya khususnya.
Saya simpulkan sosoknya sebagai berikut :
Bahwa manusia bisa kuat tanpa makan dan minum dalam waktu 3 hari. Namun, hati kita jangan dibiarkan kosong dalam waktu 3 hari itu. Karena akan hampa dan mudah berputus asa dari rahmat Allah. Seharusnya kita hidupkan dengan nilai-nilai ibadah lewat dzikir, ‘tholabul ilmi’, mencari ilmu di jalan Allah, belajar mengkaji Qur’an beserta maknanya.
Begitu tingginya orang yang berilmu dalam beribadah, karena ibadah yang tanpa didasari ilmu maka akan sia-sia.
Bagaimana kita menghormati, menghargai, dan mengikuti jejak para Habaib sebagai cucu Rasulullah SAW, mengikuti sifatnya yang mulia
Menyadari bahwa manusia membutuhkan untuk jasmaninya seperti; makan, minum, sandang, papan, mengumpulkan harta, menikah, dan mempunyai keturunan adalah sunnah. Sedangkan yang utama adalah sentuhan-sentuhan ruhani bagi jiwanya. Agar seimbang dalam menjalani kehidupan, lewat kajian dan dakwah akan menambah keimanan dan ketakwaan kita di sisi Allah SWT.
Banyak ilmu yang saya dapat kadang sulit untuk mempraktekkannya. Sedangkan Habib Bahar mampu membuat syair-syair indah yang dapat menyentuh hati bagi setiap yang membacanya. Lagu yang saya tulis bersamanya, sampai saat ini masih saya ingat syairnya.
“Engkau adalah aku, aku adalah engkau. Aku dan engkau adalah cinta dan kita disatukan dalam cinta-Nya.”
Saya juga belajar bagaimana caranya mencintai ibundanya, istrinya, dan anak-anaknya. Apalagi setelah punya anak perempuan. Sikap kerasnya, tatkala ada masalah yang harus dihadapi, mulai berkurang dengan kehadiran putrinya.
Pondok pesantren yang beliau dirikan Ponpes Tajul Alawiyyin di Bogor. Banyak dihadiri oleh santri yang merindukannya. Para santri bergantian menjenguk guru di Rutan Polda Jabar. Mereka hadir untuk memberikan semangat, mendoakan kesehatan dan keselamatan guru selama di dalam tahanan. Jika menyaksikan bagaimana kerinduan dan kecintaan para santri, sungguh membuat hati siapapun mengharu biru.
Saya harap kelak kita pun mempunyai pemimpin negeri yang mampu merangkul para Ulama, Kyai, dan Ustadz. Tidaklah dianggap berseberangan cara pandang dan keyakinan.
Semoga Allah jadikan negeri ini, Indonesia yang kita cintai agar damai, bersatu, aman, makmur, dan sejahtera. Allah SWT menyebut sebuah negeri yang aman, damai, makmur yang menjadi impian semua umat, baldatun thoyyibatun warabbun ghaffur.
Al Qur’an menggambarkan ‘Negeri ‘Saba’ yang subur dan makmur di bawah kepemimpinan Raja Daud dan putranya Sulaiman. Penduduknya selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada mereka.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu; dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Kepada mereka dikatakan: Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS, Saba’ : 15).
Untuk mewujudkan negeri impian yang digambarkan dalam Al Qur’an, haruslah dengan perjuangan yang sesungguhnya, diniatkan ikhlas beribadah kepada Allah SWT (Ihlashul Ubudiyyah Lillah). Untuk mewujudkan negeri yang baik penuh dengan ampunan Allah adalah dengan mewujudkan beberapa hal berikut:
Ikhlas menjadi syarat mutlak terwujudnya negeri yang baik. Dengan keikhlasan dalam beribadah, bekerja, berjuang, dan beramal sebagai pertanda sikap syukur. Telah sampai tujuan diciptakannya manusia yaitu mengabdi kepada Allah dengan didasari keikhlasan yang tinggi.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (QS, Al –Bayyinah : 5)
Akhlak penduduknya yang mulia. Akhlak yang mulia merupakan barometer terwujudnya masyarakat dan bangsa yang baik. Masyarakat yang sejahtera, aman, dan damai hanya dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan, bertolong-menolong bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya. Lepas dari pengaruh setan dan hawa nafsu.
“Sesungguhnya orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad)
Sifat amanah yang menyebar dan membumi, setiap penduduk negeri, apabila benar-benar menjalankan kewajiban dan amanah yang dipercayakan kepadanya dengan baik. Tidak ada korupsi, suap menyuap, dan pengkhianatan lainnya. Niscaya terwujudlah masyarakat yang baik. Allah SWT melarang perbuatan menyia-nyiakan amanat.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-(Nya) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian. Sedangkan kalian mengetahui.” (QS, Al-Anfal : 27).
Dengan memegang kuat amanah berarti menguatkan tatanan masyarakat. Sebaliknya mengkhianati amanat sama saja dengan menghancurkan peradaban bangsa
Adanya keseimbangan yang indah antara urusan dunia dengan akhirat. Alkisah seorang sahabat berniat beribadah di siang hari dan malam hari, hingga ia berniat menjauhi dunia dan istrinya. Maka seluruh waktu dan jiwanya hanya dihabiskan untuk bertaqarrub kepada Allah.
Tetapi Rasulullah SAW malah melarangnya sambil bersabda: “Aku adalah manusia terbaik, aku makan dan minum tetapi aku juga berpuasa, aku istirahat dan tidur tetapi aku juga mendekati istri, aku bangun menjalankan shalat tetapi aku juga bekerja mencari kehidupan dunia.”
Itulah yang dimaksud menjaga keseimbangan hidup, memperhatikan kemaslahatan akhirat. Tetapi tidak pula memperhatikan kebaikan dunia, bangsa yang baik hanya akan terwujud jika ada kebaikan jasmani dan ruhani
Bertaubat meraih ampunan Allah. Setiap manusia tentu pernah berbuat dosa, tetapi siapa yang bertaubat memohon ampun kepada Allah SWT, pasti Allah akan mengampuni akan mengampuni dosa-dosanya. Ketikan turun QS, Ali ‘Imran 135, Rasulullah bersabda kepada para sahabat,
“Ketahuilah saat ini setan sedunia sedang menangis. Karena setan telah menggoda anak cucu Adam. Tetapi Allah menurunkan ayat yang siapa bertaubat, Allah akan menghapus dosa-dosa mereka.”
Ibn Mas’ud berkata, bagi orang yang berdosa ayat ini lebih baik dari surga dan isinya, kemudian ia membaca surat yang dimaksudkan: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS, Ali ‘Imran : 135)
Itulah di antara pilar terwujudnya negeri yang baik dengan Rabb Yang Maha Pengampun. Mudah-mudahan Indonesia menjadi negeri yang diberikan Allah dan menjadi negeri yang ‘Baldatun Thoyyibatun warabbun Ghaffur’.
Jika mampu tercipta suasana yang aman dan damai di antara Umaro dan Ulama, insya Allah tidak akan terdengar lagi Ulama, Kyai, dan Ustadz yang dianggap ‘berbuat makar terhadap pemerintahan yang sah’ dan ditangkap. Marilah kita duduk bersama untuk mencari solusi yang terbaik bagi negeri dan bangsa yang besar ini. Habib Bahar merupakan ulama muda yang kami hormati dan juga sebagai aset bagi negara dan bangsa.
@@@